Makin Menjauhnya Umat Dari Hidayah Al-quran

08/12/2011 15:46

Subhanallah, beberapa pekan yang lalu saya menghadiri kajian bulanan yang menghadirkan nara sumber dari palestina, beliau mengabarkan bahwa pada bulan ramadhan yang lalu mereka baru mewisuda 1000 org hafiz/zah. Allahu Akbar, munginkan hal ini terjadi dinegaraku.

Selain itu ada ratusan juta manusia yang menyimak atau membacanya di pagi dan petang hari, dan ada jutaan orang lainnya yang menghiasi dinding rumahnya dengan ayat-ayat Al-Qur’an, kita pun patut bersyukur.

Namun tak jarang sebagian kaum Muslimin sekedar mencari barakah dengan membawa atau mengantongi mushaf di saku bajunya atau meletakkannya di kendaraannya, atau meletakkan satu ayat di bungkusan kain dan meletakkannya di dada atau menjadikannya sebagai obat penawar bagi orang-orang sakit, dan di antara mereka membuka layanan pengobatan dengan metode penyembuhan Al-Qur’an.

Kita juga melihat orang-orang muslim mengawali siaran radio atau tv mereka dengan tilawah Al-Qur’an dan mengakhirinya dengan cara yang sama. Bahkan ada radio siaran khusus Al-Qur’an 24 jam nonstop. Keindahan lantunan suara, tulisan grafis, pidato dan hafalan serta tafsir Al-Qur’an juga diperlombakan, baik di tingkat nasional maupun ajang internasional, sehingga menjadi hajatan yang bergengsi dan menelan dana dan sumber daya yang cukup besar.

Di tengah masyarakat, salah satu indikator kesalehan seorang muslim adalah rajin membaca (tilawah) Al-Qur’an. Surah dan ayat tertentu dari Al-Qur’an sering bergema dalam berbagai acara ‘hajatan’ baik itu walimatul ‘urs, aqiqah anak yang baru dilahirkan, maulidan, berbagai peringatan hari besar Islam, bahkan hingga saat takziah dan ziarah kubur orang tua dan sanak kerabat. Tilawah Al-Qur’an, diiringi kesahduan dan suara merdu, dalam berbagai momen itu tentu saja baik dan membawa ‘keberkahan’. Tak ada yang salah dengan itu semua.

Namun di sisi lain kita saksikan dan rasakan sendiri betapa hak-hak Al-Qur’an diabaikan sedemikian rupa. Mayoritas kaum Muslimin tidak, setidaknya hingga saat ini, menjadikan Al-Qur’an sebagai penuntun pertama bagi akal mereka, tidak pula diletakkan sebagai pengarah pertama di dalam hati mereka, apalagi sebagai penggerak pertama bagi perilaku mereka dan faktor pengubah yang utama bagi jiwa-jiwa mereka.

Tapi keberkahan Al-Qur’an muncul dan mewujud di tengah-tengah mereka dengan cara mengikuti dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Inilah yang disebutkan dalam firman Allah ta’ala, 155, "Dan Al-Qur'an itu adalah Kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat," (Q.S. Al-An'am).

Itulah fakta dan realitas social yang terjadi di tengah umat kita yang masih awam terhadap substansi ajaran Islam.

Di level kaum cendekiawan dan intelektual Islam jebolan institusi pendidikan tinggi Islam di tanah air kita, fenomenanya juga tak kalah menyedihkan. Al-Qur’an di mata mereka dilucuti dari kesucian dan otentisitasnya.

Selain itu juga mereka, sadar atau tak sadar mereka mulai menjauhkan umat ini dari makna Al-Quran yang sebenarnya. Marilah sebagai umat yang menjunjung tinggi Al-quran sebagai panduan hidup fungsikan kembali kepedulian kita terhadap kitab mulia, karena memang sejak semula Al-Qur’an telah dan akan terus memberi pengaruh yang kuat pada siapapun dia yang berpegang teguh kepadanya, namun tentu saja ada yang salah dan keliru dengan kita selaku obyek dan media bacaan kita sehingga Al-Qur’an belum memberi pengaruh apa-apa kepada kaum Muslimin.

Allah ta’ala telah perintahkan kita untuk tadabbur Al-Qur’an (Muhammad: 24), sehingga sampai pada tahap seorang mukmin bertambah iman dan percaya yang mutlak terhadap firman Allah dan ketetapan-Nya (An-Nisa’: 82), dan jika kita lakukan proses itu dengan baik dan benar maka Al-Qur’an akan memberikan pengaruh positif bagi setiap mukmin berupa petunjuk, obat penawar,  rahmat dan hidayah bagi kita yng selalu berpegang teguh kepadanya.

sumber : eramuslim dengan banyak perubahan